Rabu, 02 Juni 2021

(3) SEMUA MAHLUK ADALAH UTUSAN SANG MAHA

Karena Maha Suci, maka yang melaksanakan kehendak YMK - sebagaimana telah dikupas - adalah semua makhluk. Oleh karena itulah semua makhluk adalah utusanNya, yakni melaksanakan kehendak dari YMK. Wujud utusan - sebagaimana telah dikupas- sangat beraneka ragam. Ada utusan yang berwujud manusia. Ada utusan yang berwujud tanaman, hewan dan lain-lain, termasuk utusan yang wujudnya tidak nampak.. Selain itu ada makhluk yang terlihat lembut, manja, cantik, pengasih, penyantun, humoris, dan sebagainya yang terkesan baik di mata manusia pada umumnya. Sebaliknya juga ada utusanNya yang
berperan atau terkesan kasar, ganas, perusak dan sebagainya. Mengapa di alam semesta seakan-akan terjadi kontradiksi sebagaimana ditunjukkan oleh adanya utusan yang terkesan baik dan ada utusan yang terkesan buruk, ada yang bagus / indah dan ada yang jelek, ada yang berfungsi jahat dan ada yang berfungsi baik, dll ? Apakah YMK menghendaki adanya kejelekan, keburukan, kerusakan di muka bumi ? Kalau menghendaki kebaikan buat apa YMK menciptakaan adanya keburukan ? YMK yang Maha Penyayang dan Maha Adil - seperti telah dijelaskan - memberi kesempatan kepada makhlukNya untuk memilih perbuatan mana yang sesuai dengan kemauannya. Manusia, sebagai makhluk YMK misalnya, boleh berbuat baik dan boleh pula berbuat jahat, tentunya dengan resikonya masing-masing. Jika berbuat jahat maka balasan akhir yang didapatkan – berdasarkan sistem yang diciptakan YMK- adalah ketidakenakan atau keburukan. Sebaliknya jika berbuat baik maka balasan akhir yang diperoleh - berdasarkan sistem yang diciptakan YMK- adalah kebaikan. Karena YMK Maha Suci – selain Maha Adil – maka YMK tidak sendirian membalas semua jenis perbuatan makhlukNya tersebut. Untuk itulah YMK menciptakan berbagai utusan yang berperan atau bertugas membalas perbuatan yang dilakukan oleh para utusan lainnya. Di antara utusan yang berperan membalas perbuatan tersebut terdapat utusan yang berfungsi membalas kejahatan. Contohnya adalah orang yang sombong, secara tidak disadari oleh yang bersangkutan telah menjadi utusan untuk membuat orang lain yang hatinya jahat menjadi panas jika melihat kesombongan. Sementara bagi orang yang baik, orang sombong justru dianggap “bermanfaat” karena gara-gara ada orang sombong, maka orang baik menjadi teringat untuk bersyukur bahwa ia tidak sombong. Dengan demikian fungsi jahatpun mempunyai peran – biasanya tanpa disadari oleh yang memerankannya – untuk membalas perbuatan jahat yang dilakukan oleh makhluk, disamping berfungsi mengingatkan orang yang baik agar bersyukur. Dengan adanya pembalasan atas kejahatan tersebut maka akan terjadi “balancing” atau keseimbangan atau kestabilan atau dengan kata lain keburukan diminimalkan atau dikurangi atau direm sehingga kehidupan kembali kepada kebaikan/ kesejahteraan. Tingkat kebaikan/ kemakmuran /kesejahteraan di alam semesta kalau kita perhatikan ternyata dari waktu ke waktu terus meningkat. Kalau dulu orang harus bertahun-tahun menempuh perjalanan dari satu benua ke benua lain, sekarang cukup dengan hitungan jam bahkan diramalkan akan terus makin singkat lagi. Demikian pula dalam hal berkomunikasi juga terbukti semakin instan. Orang tak perlu lagi menunggu informasi berhari-hari. Cukup dengan hitungan detik orang bisa saling tukar-menukar berita. Atas dasar inilah tingkat kemakmuran / kesejahteraan di sepanjang zaman akan selalu terus melebihi tingkat perusakan / gangguan. Walaupun akan selalu ada perusakan dan kejahatan namun sifatnya hanya sesaat. Kebaikan/ kemakmuran / kesejahteraan – sebagai sesuatu yang bermanfaat – akan selalu lebih dominan.
  • Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang bathil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang bathil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensipati (Allah dengan sifat-sifat yang tak layak bagi-Nya). (QS. 21:18).
  • Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya,maka arus itu membawa buih yang mengembang.Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasaan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu.Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan. (QS. 13:17)
  • Kebenaran jualah yang menang dan bukan ketidakbenaran (Weda, Mundaka Upanisad III.1.6)
  • Manusia ibarat garam dunia sehingga kalau garam menjadi tawar maka dia tidak akan diasinkan dan tidak ada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak orang (Injil, Matius 5:13)
Itulah penjelasan bahwa sesungguhnya YMK selalu menghendaki kebaikan/ kemakmuran/ kesejahteraan terus meningkat, bukan keburukan. Juga terbukti bahwa kebaikan / kemakmuran/ kesejahteraan yang lebih baik – walaupun tidak serta merta datang - adalah hasil akhir yang akan diperoleh setelah kehidupan sempat diganggu oleh kejahatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Isi